Tuesday, March 15, 2011

Gold, is it really worth?

Pertama kali saya beli emas, itu waktu nemenin pacar (sekarang suami ;p) ke AnTam beli mas kawin. Waktu itu, iseng-iseng saya ikut beli emas batangan buat saya sendiri, buat disimpen aja.

Saya pribadi sebenarnya gak suka pake perhiasan emas. Dulu waktu kecil pernah pake anting emas, tapi sejak remaja sudah saya copot, ganti sama anting perak. Waktu kecil juga, setiap lebaran, nyokap selalu makein kalung ma gelang emas ke anak-anaknya. Ga gede sih ukurannya, tipis aja, biar keliatan agak cling aja kali ya, tradisi keluarga nyokap. Soalnya sepupu gw juga diperlakukan sama ma emaknya. Tapi, sejak kejadian saya diculik orang gila di Pasar Baru, Bandung (see, my life is sooooo adventurous ;p), gak lagi-lagi deh pake emas. Waktu itu saya masih SD dan hari ke-2 lebaran, saya lagi mengunjungi keluarga nenek di Pasar Baru. Walau belum tentu juga sih, saya diculik karena perhiasan. Sampai sekarang pun, perhiasan emas yang saya punya, cuma hadiah dari mertua waktu seserahan dulu, cincin nikah (emas putih), sama mungkin aksesori waktu jaman saya SD dulu yang entah dimana keberadaannya sekarang (mungkin sama nyokap, tapi saya gak pernah cek).

OK, di post sebelumnya saya lagi nyari2 alternatif investasi pengganti deposito. Salah satu pilihan saya, adalah investasi emas. Pertanyaannya sekarang, apa benar investasi emas itu worth it?

Secara umum, harga emas memang dari tahun ke tahun selalu naik. Cuma, kenaikannya berapa persen, itu yang jadi pertanyaan.

Sebagai contoh, harga emas batangan 1 gram pada 15 Maret 2010 ituh Rp 370.500 per gram. Sedangkan untung tipe yang sama pada 15 Maret 2011 itu Rp 453.000 per gram. Jadi kenaikannya kurang lebih 22% dalam waktu satu tahun.
Apa selalu seperti itu? Belum tentu. Harga emas sekarang kan lagi naik, makanya persentasi kenaikan harganya keliatan besar banget. Tapi kalau hasil pengamatan saya secara kasar (yang belum bisa dipertanggungjawabkan, hehehe), rata-rata kenaikan harga 10% sih tembus aja.
Let say, average kenaikannya bisa 15%. Secara teori, berarti bagus karena nilainya di atas inflasi. Berarti investasi itu menguntungkan.

Apa iya menguntungkan? Ingat, emas itu harus dijual kembali untuk menghasilkan uang. Dan sebagaimana barang lainnya, namanya barang dijual lagi nilainya pasti lebih rendah dari harga belinya. Bukan, bukan harga beli waktu kita beli, tapi harga beli waktu kita jual. Kalau peneliatian saya gak salah, harga jual biasanya 5% lebih rendah dari harga beli kala itu. Di toko-toko emas juga biasanya pake prosentase yang sama, bisa lebih tinggi malah. Maklum, mereka kan juga mau untung.

So, let's do the math.

Katakanlah waktu kita beli harga emas ituh 300 rebu rupiah per gram. Asumsi harga emas setaun kedepan naik 15%, maka harganya menjadi 345 rebu rupiah segram. Dengan harga jual yang 5% lebih rendah, berarti kalau tahun itu kita berencana jual emas, harganya menjadi Rp 327.750. Sooooo, keuntungan yang kita dapatkan adalah 9,25%. Dengan asumsi inflasi masih di bawah 7%, investasi dalam emas lebih OK kan?

Kekurangannya, kita mesti putar otak untuk menyimpan emas secara aman. Kalau ditaro di safety box di bank, mungkin ada tambahan charge (mungkin loh, saya gak tau). Ditaro di rumah, masih ada kemungkinan hilang. Dan kalau hilang, kita gak bisa melakukan apapun untuk memproteksi seperti halnya kalau bukti deposito ilang dimana kita mungkin masih bisa ngurus-ngurus sama bank yang bersangkutan.

Harga emas juga bisa turun loh. Karena hukum supply and demand selalu berlaku. Biasanya ini terjadi kalau kita membandingkan bulan ke bulan atau hari ke hari. Kalau tahun ke tahun, secara umum sih selalu naik. Makanya lebih baik kalau mau investasi emas itu untuk jangka panjang. Biar nendang berasa beda harganya. Terus, kalau kita beli emas batangan, biasanya ada option berapa gram per batang (1 gr, 5gr, 10 gr, dst). Nah biasanya semakin berat batangnya, semakin murah harga per gramnya. Jadi lebih menguntungkan bagi kita. Investasi emas dalam bentuk perhiasan juga bisa, tapi mesti bisa ngerawatnya, apalagi kalau dipake, biar harga jualnya gak terlalu jatuh.

Saya lagi mencoba disiplin top up gold investment saya. Terutama mengingat di masa depan, pengeluaran akan semakin menggila, terutama sesudah ada 'buntut' nantinya. Apalagi emas kan termasuk non-renewable resources, jadi di masa datang pasti supply akan semakin berkurang sehingga harganya akan menggila. Kalau saya belinya nanti-nanti, the price will go up and up and up, sampai saya gak mampu lagi membelinya. Bahkan katanya, after 2015, mungkin akan tembus level 1 juta. So, kalau mau invest emas sedini mungkin deh.

Kalau saya? Well, kayanya 50% dana alihan deposito akan saya invest di sini. Saya belum berani beli banyak-banyak. Belum punya tempat penyimpanan yang aman soalnya :)

No comments: