Gak sengaja nonton salah satu tayangan di televisi, tentang seseorang yang bertahan hidup dengan menampik (apa sih istilahnya, pokoknya padinya dibanting2 biar berasnya keluar semua gitu) padi sisa panen orang2 yang tidak terpakai atau tercecer. Beliau 75 tahun, dan tidak mampu untuk membeli beras atau lauk. Untuk menjadi kuli atau buruh atau pekerjaan lainnya mana ada yang mau mengingat usianya. Istrinya sakit-sakitan dan tidak mampu turun dari tempat tidur. Anak, entah tiada, entah ditinggalkan. Makan sehari-hari hanya dengan timun, garam, atau lauk sisa. Pokoknya, sungguh berat lah usahanya bertahan hidup. Namun tidak pernah lupa bersyukur atas apa yang beliau punya.
Sementara saya, rasanya apa yang saya miliki sekarang tidak pernah cukup. Terkadang malah menyia-nyiakan apa yang saya miliki. Beli makanan dalam jumlah banyak hanya karena impulse sesaat, pada akhirnya amalah tidak termakan, kadaluarsa, terus dibuang. Atau sering sekali menjadi impulsive buyer dengan excuse 'kan gak setiap hari gw belanja kaya gini'.
Sesuatu yang Papah saya selalu bilang setiap habis shalat berjamaah, "Jangan pernah lupa bersyukur. Apa yang kita dapatkan sekarang adalah karuniaNya dan atas kehendakNya-lah bisa kamu miliki untuk sementara." Sesuatu yang saya harapkan kini, semoga saya bukan termasuk golongan hambaNya yang tidak tau dan lupa bersyukur. Aamiin...
Ps: sama halnya dengan hubungan antar manusia, terima kasih, adalah kata yang biasa, tapi bermakna luar biasa
No comments:
Post a Comment